Refleksi Panggilan
Nama : Albertus Monang
Kelas : II
Alamat : Jln. Perum Guru Blok C8 no 7, Bekasi Timur
Tempat, tanggal lahir : Bekasi, 14 Agustus 2008
Asal paroki : St. Arnoldus
Nama saya Albertus Monang saya sudah dua tahun tinggal di Seminari Wacana Bhakti, tahun ini saya sedang menjalani tahun ketiga di Seminari ini. Saya merupakan seorang anak yang berasal dari keturunan suku Batak. Saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Awalnya saya tertarik menjadi seorang imam ialah ketika sya kecil saya diajak untuk kegereja pada hari Minggu, lalu sesampai didepan pintu gerbang gereja saya melihat seseorang mengenkan jubah warna putih dan juga banayak yang menyalaminya ia tampak seperti seorang artis. Saya bertanya kepada orang tua saya siapakah dia, lalu orang tua saya menjawab bahwa ia adalah seorang imam, dari sinilah awal ketertarikan saya untuk menjadi seorang imam.
Beranjak ke remaja, saya mulai tertarik untuk mencari data – data untuk menjadi seorang imam, saya mulai mencari jalan apa saja yang harus dijalani jika seseorang ingin menjadi imam. Saat saya beranjak kekelas 2 SMP, niat saya untuk menjadi seorang imam berangsur – angsur mulai menurun karena saya mulai tertarik dengan perempuan. Saya mulai meninggalkan niat saya untuk menjadi imam, namun hal aneh saya rasakan yaitu ketika saya beranjak kekelas 3 SMP niat untuk menjadi seorang imam mulai tumbuh lagi, malahan menurut saya niat kali ini sungguh besar melebihi niat saya saat saya masih kecil.
Saat kelas 3 SMP akhir, ketika saya disuruh untuk mencari sekolah SMA saya meminta untuk mencoba tes di Seminari, awalnya orangtua saya menolak namun karena masih dalam mencoba saya diperbolehkan untuk tes di seminari. Ketika pengunguman keluar dari seminari ternyata hasilnya ialah saya diterima si seminari saya sangat senang. Maka saya langsung memenuhi semua persyaratan yang diminta dari pihak seminari. Ketika saya lulus, saya tidak sabar untuk masuk ke seminari, nemun yang terjadi ialah adanya penolakan dari orangtua saya, ini membaut diri saya bimbang namun saya mencoba untuk memastikan kepada orang tua bahwa saya bisa untuk menjalani hidup di seminari.
Masuk seminari, tak terbayang di pikiran saya apapun bahwa saya bisa menjadi seorang seminaris. Ketika masuk menjadi KPP, MOSB(Masa Orientasi Siswa Baru) benar – benar menguji mental dan fisik saya, bahwa untuk menjadi seorang imam tidaklah mudah, awal saja sudah terasa sangat sulit, namun saya mencoba untuk menjalani masa KPP dengan sebaik – baiknya. Saya beterima kasih kepada Fr. Ulun yang telah membantu saya untuk merubah diri saya dari pemarah menjadi orang yang cukup sabar, inilah hasil saya di KPP saya merasa bahwa diri saya mulai harus dibentuk, dan akhirnya saya naik kelas kekelas X dengan nilai yang memuaskan.
Kelas X ialah dimana saya dicampur dengan teman – teman Gonzaga, disini saya merasa bangga menjadi seorang seminaris, karena teman – teman saya menganggap pribadi saya dengan angkatan saya lebih dari mereka inilah yang membuat saya terus termotivasi agar saya selalu ingin berbuat jujur dan baik layaknya seorang seminaris. Di tahun ini saya mengolah diri saya agar tidak terlena dengan bantuan – bantuan yang berlebihan yang diberikan kepada saya dari teman – teman Gonzaga. Saya naik kekelas XI IPA, saya berharap agar nantinya saya bisa terus menjalani hidup di seminari dengan baik.
Kealas XI disini saya benar – benar sudah harus menjalani masa formatio dengan sebaik – baiknya, saya harus mengolah diri saya, pribadi saya bahawa bagaimana diri saya dalam menjalani hidup panggilan diseminari. Saya benar – benar harus mengolah diri saya agar benar – benar tetap lanjut. Maka dengan retret yang akan saya jalani saya ingin mengolah batin saya dan benar – benar ingin mengetahu diri saya.
Minggu, 29 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar